Pagi ini menjemput ku serasa lebih awal, dengan dinginnya membuat aku
segera bangkitdan ku buka tirai jendela disamping tempat tidurku. Baru
setengah tirai itu terbuka, mentari seakan menyala bercahaya mengenai
retina ku membuat ku tak kuat membuka kelopak mata ini. Yah pagi ini
benar-benar cerah, segera saja ku buka jendela kamar ku agar udara segar
dan cahaya hangat bisa langsung ku nikmati. Mungkin Tuhan tahu hatiku
yang saat ini sedang berbunga. Hari pertama ku menempati rumah baru
hasil jerih payah suami tercinta.
“Yen, kamu sudah bangun ?”, sambil bangkit dari tidurnya dia bertanya kepadaku.
“iya
Rud, rasanya pagi ini akan menyenangkan”. Jawab ku singkat sambil
melempar senyum kepada suami ku dan dibalas dengan senyuman pula oleh
suami ku.
Yeni, itulah nama ku, sekarang hidup ku sudah sangat
bahagia dengan kehadiran Rudi, suami ku. Semenjak aku berumur 23 atua
setahun yang lalu ketika Rudi yang lebih tua 2 tahun dari aku
menikahiku. hidup ku serasa lebih sempurna, lebih bermakna dan lebih
berarti. Kini aku tinggal bersama suamiku dan juga pembantuku di rumah
yang sederhana hasil jerih payah suamiku yang sudah 5 tahun bekerja di
sebuah Bank. Aku sendiri saat ini tidak bekerja sebagai apapun. Hanya
mengurus rumah bersama pembantuku dan tidak jarang juga aku pergi
jalan-jalan ke mall yang kebetulan ada di seberang jalan raya depan
rumah ku.
“Tuti, tolong sipakan sarapan paginya!” pinta ku kepada Tuti yang sudah setahun ini menjadi pembantuku.
“iya Nyonya, sebentar lagi sarapannya sudah siap”, sahut si Tuti sambil membawa masakan yang sudah siap ke meja makan.
Begitu
harmonisnya kehidupan rumah tangga kami, tidak pernah sekalipun ada
pertengkaran hebat atau kekerasan, walau kadang kala terjadi kesalah
pahaman antara aku dan Rudi, tapi semuanya masih dalam taraf wajardan
bisa diselesaikan dengan mudah.
Setelah kami berdua selesai
sarapan pagi, kini waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi, dan ini
berarti stny Rudi suamiku berangkat kerja di Bank, da ini juga saatnya
aku dan pembantuku mengerjakan rutinitas kami yaitu mengurusi rumah.
“Yen, aku berangkat d1ulu yah” pamit Rudi, kepadaku disertai dengan kecupan di dahiku.
“iya Rud, hati-hati yah!”,jawab ku sambil ku cium tangan kanannya.
Tak
lama setelah suami ku berangkat kerja dengan mengendarai sepeda
motornya, aku langsung masuk ke rumah untuk langsung membantu si Tuti
membersihkan barang-barang antik yang terpajang di ruang tamu ku.
Ternyata
cukup menguras tenaga juga membantu si Tuti mengurusi rumah yang cukup
besar ini, kemudian kuputuskan untuk madi terlebih dahulu.
Segar
rasanya mandi dengan air yang dingin dan jernih. Serasa memberi aura
positif kepD tubuh ku untuk lebih bersemangat lagi menjalani aktifitas
hari ini. Kini aku duduk di sofa di depan televisi yang berukuran 29
inchi. Acara infotainment memang acara favorit ku, yah seperti halnya
wanita seumuran ku yang lebih suka menonton gosip dari artis-artis
populer ketimbang mendengarkan berita korupsi atau masalah negara
lainnya.
Lama-lama di depan televisi membuat ku mengantuk, mungkin
karena acaranya tidak ada yang bagus dan tidak ada kegiatan lainnya
yang bisa ku lakukan. Si Tuti juga sedang sibuk membersihkan kamar mandi
.
Aku putuskan untuk pergi ke kamar, yah baca-baca majalah atau
dengerin musik atau apa sajalah. Tapi di tengah jalan menuju kamar ku,
aku mendengar suara belyang berbunyi, ku lihat si Tuti segera menuju
pintu utama rumah, tapi lebih dahulu aku memenggil si Tuti.
“Tuti
biar saya saja yang buka pintunya, kamu lanjutkan saja pekerjaanmu !”,
perintah ku kepada si Tuti sembari menuju pintu utama.
“baik nyonya,”. Jawab si Tuti sambil berjalan menuju kamar mandi untuk merampungkan pekerjaannya.
Aku
langsung membuka pintu dan sedikit kaget ketika mata ku melihat ada
secarik kertas dan seuntai mawar putih dengan pita hijau di batangnya.
Awalnya agak bingung, aku tengok kanan kiri, tetapi memang tidak ada
seorang pun yang nampak. Aku ambil kertas dan mawar itu dan langsung ku
bawa masuk kedalam rumah. Ku letakkan mawarnya di meja dan ku buka
kertasnya secara perlahan.
Kau tahu tidak ada manusia yang sempurna m
Mungkin hanya dalam mimpi jika ada
Tapi disini sku sedikit tak percaya
Kau lebih dari sempurna
Kata-kata
yang tertulis di kertas itu semakin membuat ku penasaran sekaligus
bingung. Sebenarnya siapa yang mengirimkan itu semua, suamiki, tidak
mungkin dia, dia kan sedang kerja. Ah tapi aku juga tidak terlalu
memikirkannya, mungkin hanya orang iseng saja. Kemudian ku bawa kertas
kertas dam mawar itu dan ku simpan di kamar ku.
Semua ini membuatku lebih mengantuk, aku pun tidur di kamar ku ditemani bantal-bantal kesayanganku.
Cukuplama
aku memnjakan diri dengan menutup mata-mat rapat-rapat dan merebahkan
badan di tempat tidur yang sangat nyaman ini. Pukul 15.00 sore seketika
aku terbangun oleh ketukan pintu di pintu kamar ku.
“tok..tok..tok..., Nyonya bangun Nyonya”
Ternyata si Tuti yang mengetuk pintu dengan cukup keras dan bermaksud untuk membangunkan ku.
Aku pun dengan nada orang yang baru bangun tidur menjawabnya, “iya Tut, saya sudah bangun kok”.
“kalaubegitu.Nyonya tolong bisa keluar sebentar, ada yang mau Tuti omongin“. Sahut si Tuti dengan suara yang agak pelan.
Ada apasih, kok si Tuti tumben-tumbennya bersikap seperti ini. Jangan-jangan ada masalah di rumah ini, pikir ku dala hati.
Aku
pun segera turun dari tempat tidur kemudian berjalan pelan menuju pintu
kamar untuk keluar menemui si Tuti. ku buka pintu kamar ku perlahan dan
terlihat si Tuti dengan wajah agak panik.
“ Ada apa sih Tut ?” tanyaku dengan nada penasaran.
“itu
Nyonya, itu Tuan sudah pulang, tapi....tapi... Tuan bawa temen
perempuan”. Jawab si Tuti dengan suara buru-buru dan terbata-bata.
Mendengar
tuturan dari Tuti akan suamiku yang sudah pulang tapi pulan dengan
membawa teman perempuannya, aku langsung agak shock dan aku langsung
lari menuju ruang tamu tanpa memperdulikan si Tuti yang berlagak agak
ketakutan. Dan betapa kagetnya aku ketika dua mataku seakan mau copot
melihat pemandangan yang sangat aku tidak percaya dan membuat beribu
kepercayaanku terhadap suami ku menjadi berantakan tidak karuan dan
berserakan tak menentu.
Hati ku kini seperti terirs-iris, sakit bukan main, ingin sekali menjerit sekeras mungkin.
Aku
melihat suamiku yang selama ini aku cintai tanpa sedikit pun terpintas
menyakitinya, kini dia sedang merangkul mesra teman kerja perempuan.
Segera saja aku menghampiri mereka dan melabrak mereka.
“apa-apaan
ini Rud, kamu benar-benar brengsek !” caci maki ku terlontar dengan
nada yang cukupkeras sehingga meembuat mereka gelagapan. Suami ku seakan
tidak percaya kalau aku sebagai istrinya kini sedang memergoki dia yang
sedang berduaan dengan Lisa yang aku kenal sebagai teman kerja suami
ku. Aku kenal Lisa karena Rudi pernah bercerita kalau dia punya teman
kerja yang baik yaitu Lisa. Dan sekarang Lisa yang baik itu ada di depan
mata ku dan dia ketahuan selingkuh dengan suami ki. Benar-benar
pemandangan yang amat sangat menyakitkan.
“tung... tunggu dulu Yen, ini gak seperti yang kamu lihat” Rudi dengan terbata-bata mencoba memberikan ku penjelasannya.
“iya
Yen, kami Cuma sedang membicarakan pekerjaan”, tambah Lisa dengan
gugup seakan takut dengan kemarahan ku yang tergambar jelas di wajah
ku.
Tapi sebelum Rudi dan Lisa mencoba menjelaskan lebih lanjut, tangan ku langsung melayang mendarat di pipi kiri suami ku.
Aku yag sudah tidak mau mendengar penjelasan dari mereka langsung saja mengusir Lisa dengan nada yang keras.
“pergi kamu Lis... pergi dari sini... dasr kurang ajar”
Lisa
pun hanya bisa diam dan dia langsung berdiri dan mengambil tas yang ada
di samping suami ku, kemudian lari dan segera pergi meninggalkan rumah
ku.
Suami ku kembali mencoba memberi penjelasan akan tetapi aku
memang sudah terlanjur patah hati dan aku pun lari menuju kamar
meninggalkan suami ku yang terlihat agak takut mengejar ku.
Di
dalam kamar aku robek foto aku dan suami ku. Aku benar-benar terpukul
dan kecewa akan kelakuan suami ku. Sekarang yang aku pikirkan hanya
bagaiman cara memeperbaiki hubungan aku dengan suami ku.
Cukup
lama aku di kamar. Tak ada sedikit pun ketukan pintu dari suami ku. Aku
pun mencoba untuk keluar kamar untuk melihat keadaan suami ku. Tapi aku
tidak melihat batang hidung suami ku, mungkin kini dia sudah pergi
bersama Lisa dan sedang bersenang-senang menghabiskan malam berdua.
Tak
terasa haripun mulai gelap. Segenap hati ku yang kini kurasakan, aku
mencoba melepas lelah dengan mengguyur badan ku di kamar mandi.
Lama
sekali aku di kamar mandi, bukan karena aku sedang keramas atau lulurn,
tapi karena aku memikirkan yang terjadi hari ini, benar-benar menguras
tenaga da pikiran. Kini aku sudah sedikit tenang, mungkin karena pikiran
negatif ku sudah dikurangi aura positif setelah aku mandi.aku jalan
menuju kamar ku untuk rebahan disana, ku lewati meja makan dan terlihat
disana sudah siap makan malam. Tapi aku tidak peduli, ku langsung masuk
kek kamar dan menjatuhkan badan ini ke tempat tidur, ku raih bantal
kesayangan ku dan ku coba memejamkan mata, berharap esok akan lebih
baik.
Saat ku buka mata, aku merasa badan ku serasa pegal dan
lelah, seperti biasa ku buka jendela dan ku bangkit dari tidur ku.
Ternyata memang tak seindah pagi kemarin, tapi aku sangat berharap hari
menjadi hari yang lebih baik walaupun sampai sekarang pun suami ku belum
ada di rumah, tapi aku sudah tidak peduli lagi dengan Rudi. Ku coba
ambil nafas panjang, menghirup udara segar yang ada diluar jendela.
Udara segar ini mmeberi ku sedikit semngat untuk melakukan dan menjalani
hari ini.
Aku keluar kamar dan menuju kamar mandi untuk cuci muka
berharap air segar membuat wajah ku lebih cerah. Aku takmelihat
keberadaan si Tuti, tapi di meja makan sudah tersedia makanan yang harum
aromanya, mungkin si Tuti lagi di belakang mengerjakan tugas yang
lainnya. Kini aku menyantap sarapan pagi sendiri tanpa ditemani suami
ku. Rasanya benar-benar berbeda, tidak sempurna rasanya kalau tidak
dilengkapi candaan dan senyuman khas Rudi. Hidup ku benar-benar berubah
drastis, masih teringat pagi kemarin saat Rudi berpamitan kepada ku
untuk pergi bekerja, dia layangkan kecupan yang sangat hangat di dahi
ku, tapi pagi ini dia telah pergi meninggalkan ku bersama Lisa teman
kerjanya.
Baru selesai aku sarapan pagi sendirian, tiba-tiba bel
berbunyi, aku langsung berpikiran kalau itu Rudi yang ingin meminta maaf
kepada ku, hati ku sesaat sungguh senang, aku langsung berlari untuk
membuka pintu dan memeluk suami ku tercinta. Tapi betapa kagetnya ketika
melihat orang yang di luar dari jendela samping rumah ku, dia bukan
Rudi, tapi entah siapa dan dia terlihat edang meletakkan secarik kertas
dan mawar putih berpita hijau di belakangnya. Tak salah lagi dia pasti
orang yang sama dengan orang yang memberiku kertas dan bunga mawar di
pagi kemarin. Lansung dengan cepat ku membuka pintu dan orang itu pun
terkaget-kaget sambilmenutupi wajahnya dengan topinya, dan dia langsung
berlari seakan takut identitasnya ku ketahui.aku pun langsung mengejar
dia. Dia di samping jalan raya depan rumah ku. Aku pun berlari untuk
mengejarnya. Aku tidak tahu kenapa dia berlari, padahal aku hanya ingin
tahu siapa dia dan tidak akan sedikitpun aku memarahi dia atau mencaci
maki dia, tapi mungkin dia takut kalau nantinya aku marah karena
perbuatannya.
Aku masih berlari mengejar orang misterius itu,
padahal waktu jalan raya sedang sangat ramai dipenuhi lalu lalang
kendaraan bermotor. Kekhawatiran ku ternyata terjadi juga. Aku berteriak
ketika dari arah berlawanan ada sebuah motor yang tidak samar lagi bagi
ku melaju dengan cukup cepat menuju orang misterius itu.orang misterius
itu tidak melihat motor yang ada di depannya karena pada saat itu dia
sedang menoleh kepada ku.
“ awaaaassssss....!!!!!!!” teriak ku dengan sangat keras dan nyaring.
” braaaaakkkk... braaaaakkkk....braaaaak....”
Hanya suara tabrakan yang menjawab teriakan ku.
Aku
berhenti dari lari ku. Suasana pada saat itu langsung berubah ramai
sekali. Orang-orang mengerumuni dua orang yang bercucuran darah dan
tergolek tanpa gerakan. Aku mencoba mengambil nafas panjang ketika
mengetahui kalau suami ku Rudi dengan motornya menabrak saudara
kembarnya Ruslan dan mereka kini tidak berdaya di hadapan ku.
Aku
menangis sejadi-jadinya, tidak pedli dengan semua orang, mata ku Cuma
tertuju pada dua orang yang mencintaiku kini sudah tidak bernyawa lagi
di depan ku, aku pun tidak ingat apa-apa lagi.
Setelah aku
tersadar, kini aku tahu aku barada di rumah ku, setelah sempat aku
pingsan tadi, kini mata ku hanya tertuju pada secarik kertas dan mawar
putih yang entah sejak kapan ada di sofa temapt aku berbaring kini.
Aku bangkit dan mencoba duduk, kemudian aku mulai membaca tulisan yang ada di kertas itu.
Dalam malam saat itu
Kau cantik dengan senyuman anggun
Gaun putih yang menghiasi tubuhmu
Seakan bersinar membuat mata terpanah
Tapi di samping mu ada yang sedarah dengan ku
Ingin sekali aku menggantikan dia
Bersanding selamanya denganmu
Aku
menangis membaca tulisan itu. Ternyata Ruslan yang memang saudara
kembar dari Rudi yang kemarin memberiku kertas dan mawar itu. Ruslan
memang aku tahu dia ada rasa dengan ku, semenjak aku berpacaran dengan
Rudi, dia selalu perhatian terhadapku.
Tapi kin semua sudah
berakhir, Rudi dan Ruslan kini mungkin sudah bersama-sama menuju pintu
surga. Aku hanya bisa menangis dan berharap separuh umur ku bisa ditukar
dengan Rudi dan Ruslan. Kini dua mawar putih itu aku simpan dan aku
jaga. Aku berharap dua mawar putih ini bisa menggantikan keberadaan Rudi
dan Ruslan.
Oleh FIKRI NUR CAHYA
Categories:
Hiburan