VIRUZ

Eheeemmm

Pagi ini menjemput ku serasa lebih awal, dengan dinginnya membuat aku segera bangkitdan ku buka tirai jendela disamping tempat tidurku. Baru setengah tirai itu terbuka, mentari seakan menyala bercahaya mengenai retina ku membuat ku tak kuat membuka kelopak mata ini. Yah pagi ini benar-benar cerah, segera saja ku buka jendela kamar ku agar udara segar dan cahaya hangat bisa langsung ku nikmati. Mungkin Tuhan tahu hatiku yang saat ini sedang berbunga. Hari pertama ku menempati rumah baru hasil jerih payah suami tercinta.
“Yen, kamu sudah bangun ?”, sambil bangkit dari tidurnya dia bertanya kepadaku.
“iya Rud, rasanya pagi ini akan menyenangkan”. Jawab ku singkat sambil melempar senyum kepada suami ku dan dibalas dengan senyuman pula oleh suami ku.
Yeni, itulah nama ku, sekarang hidup ku sudah sangat bahagia dengan kehadiran Rudi, suami ku. Semenjak aku berumur 23 atua setahun yang lalu ketika Rudi yang lebih tua 2 tahun dari aku menikahiku. hidup ku serasa lebih sempurna, lebih bermakna dan lebih berarti. Kini aku tinggal bersama suamiku dan juga pembantuku di rumah yang sederhana hasil jerih payah suamiku yang sudah 5 tahun bekerja di sebuah Bank. Aku sendiri saat ini tidak bekerja sebagai apapun. Hanya mengurus rumah bersama pembantuku dan tidak jarang juga aku pergi jalan-jalan ke mall yang kebetulan ada di seberang jalan raya depan rumah ku.
“Tuti, tolong sipakan sarapan paginya!” pinta ku kepada Tuti yang sudah setahun ini menjadi pembantuku.
“iya Nyonya, sebentar lagi sarapannya sudah siap”, sahut si Tuti sambil membawa masakan yang sudah siap ke meja makan.
Begitu harmonisnya kehidupan rumah tangga kami, tidak pernah sekalipun ada pertengkaran hebat atau kekerasan, walau kadang kala terjadi kesalah pahaman antara aku dan Rudi, tapi semuanya masih dalam taraf wajardan bisa diselesaikan dengan mudah.
Setelah kami berdua selesai sarapan pagi, kini waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi, dan ini berarti stny Rudi suamiku berangkat kerja di Bank, da ini juga saatnya aku dan pembantuku mengerjakan rutinitas kami yaitu mengurusi rumah.
“Yen, aku berangkat d1ulu yah” pamit Rudi, kepadaku disertai dengan kecupan di dahiku.
“iya Rud, hati-hati yah!”,jawab ku sambil ku cium tangan kanannya.
Tak lama setelah suami ku berangkat kerja dengan mengendarai sepeda motornya, aku langsung masuk ke rumah untuk langsung membantu si Tuti membersihkan barang-barang antik yang terpajang di ruang tamu ku.
Ternyata cukup menguras tenaga juga membantu si Tuti mengurusi rumah yang cukup besar ini, kemudian kuputuskan untuk madi terlebih dahulu.
Segar rasanya mandi dengan air yang dingin dan jernih. Serasa memberi aura positif kepD tubuh ku untuk lebih bersemangat lagi menjalani aktifitas hari ini. Kini aku duduk di sofa di depan televisi yang berukuran 29 inchi. Acara infotainment memang acara favorit ku, yah seperti halnya wanita seumuran ku yang lebih suka menonton gosip dari artis-artis populer ketimbang mendengarkan berita korupsi atau masalah negara lainnya.
Lama-lama di depan televisi membuat ku mengantuk, mungkin karena acaranya tidak ada yang bagus dan tidak ada kegiatan lainnya yang bisa ku lakukan. Si Tuti juga sedang sibuk membersihkan kamar mandi .
Aku putuskan untuk pergi ke kamar, yah baca-baca majalah atau dengerin musik atau apa sajalah. Tapi di tengah jalan menuju kamar ku, aku mendengar suara belyang berbunyi, ku lihat si Tuti segera menuju pintu utama rumah, tapi lebih dahulu aku memenggil si Tuti.
“Tuti biar saya saja yang buka pintunya, kamu lanjutkan saja pekerjaanmu !”, perintah ku kepada si Tuti sembari menuju pintu utama.
“baik nyonya,”. Jawab si Tuti sambil berjalan menuju kamar mandi untuk merampungkan pekerjaannya.
Aku langsung membuka pintu dan sedikit kaget ketika mata ku melihat ada secarik kertas dan seuntai mawar putih dengan pita hijau di batangnya. Awalnya agak bingung, aku tengok kanan kiri, tetapi memang tidak ada seorang pun yang nampak. Aku ambil kertas dan mawar itu dan langsung ku bawa masuk kedalam rumah. Ku letakkan mawarnya di meja dan ku buka kertasnya secara perlahan.
Kau tahu tidak ada manusia yang sempurna m
Mungkin hanya dalam mimpi jika ada
Tapi disini sku sedikit tak percaya
Kau lebih dari sempurna
Kata-kata yang tertulis di kertas itu semakin membuat ku penasaran sekaligus bingung. Sebenarnya siapa yang mengirimkan itu semua, suamiki, tidak mungkin dia, dia kan sedang kerja. Ah tapi aku juga tidak terlalu memikirkannya, mungkin hanya orang iseng saja. Kemudian ku bawa kertas kertas dam mawar itu dan ku simpan di kamar ku.
Semua ini membuatku lebih mengantuk, aku pun tidur di kamar ku ditemani bantal-bantal kesayanganku.
Cukuplama aku memnjakan diri dengan menutup mata-mat rapat-rapat dan merebahkan badan di tempat tidur yang sangat nyaman ini. Pukul 15.00 sore seketika aku terbangun oleh ketukan pintu di pintu kamar ku.
“tok..tok..tok..., Nyonya bangun Nyonya”
Ternyata si Tuti yang mengetuk pintu dengan cukup keras dan bermaksud untuk membangunkan ku.
Aku pun dengan nada orang yang baru bangun tidur menjawabnya, “iya Tut, saya sudah bangun kok”.
“kalaubegitu.Nyonya tolong bisa keluar sebentar, ada yang mau Tuti omongin“. Sahut si Tuti dengan suara yang agak pelan.
Ada apasih, kok si Tuti tumben-tumbennya bersikap seperti ini. Jangan-jangan ada masalah di rumah ini, pikir ku dala hati.
Aku pun segera turun dari tempat tidur kemudian berjalan pelan menuju pintu kamar untuk keluar menemui si Tuti. ku buka pintu kamar ku perlahan dan terlihat si Tuti dengan wajah agak panik.
“ Ada apa sih Tut ?” tanyaku dengan nada penasaran.
“itu Nyonya, itu Tuan sudah pulang, tapi....tapi... Tuan bawa temen perempuan”. Jawab si Tuti dengan suara buru-buru dan terbata-bata. 
Mendengar tuturan dari Tuti akan suamiku yang sudah pulang tapi pulan dengan membawa teman  perempuannya, aku langsung agak shock dan aku langsung lari menuju ruang tamu tanpa memperdulikan si Tuti yang berlagak agak ketakutan. Dan betapa kagetnya aku ketika dua mataku seakan mau copot melihat pemandangan yang sangat aku tidak percaya dan membuat beribu kepercayaanku terhadap suami ku menjadi berantakan tidak karuan dan berserakan tak menentu.
Hati ku kini seperti terirs-iris, sakit bukan main, ingin sekali menjerit sekeras mungkin.
Aku melihat suamiku yang selama ini aku cintai tanpa sedikit pun terpintas menyakitinya, kini dia sedang merangkul mesra teman kerja perempuan. Segera saja aku menghampiri mereka dan melabrak mereka.
“apa-apaan ini Rud, kamu benar-benar brengsek !” caci maki ku terlontar dengan nada yang cukupkeras sehingga meembuat mereka gelagapan. Suami ku seakan tidak percaya kalau aku sebagai istrinya kini sedang memergoki dia yang sedang berduaan dengan Lisa yang aku kenal sebagai teman kerja suami ku. Aku kenal Lisa karena Rudi pernah bercerita kalau dia punya teman kerja yang baik yaitu Lisa. Dan sekarang Lisa yang baik itu ada di depan mata ku dan dia ketahuan selingkuh dengan suami ki. Benar-benar pemandangan yang amat sangat menyakitkan.
“tung... tunggu dulu Yen, ini gak seperti yang kamu lihat” Rudi dengan terbata-bata mencoba memberikan ku penjelasannya.
“iya Yen, kami Cuma sedang membicarakan pekerjaan”, tambah Lisa dengan gugup  seakan takut dengan kemarahan ku yang tergambar jelas di wajah ku.
Tapi sebelum Rudi dan Lisa mencoba menjelaskan lebih lanjut,  tangan ku langsung melayang mendarat di pipi kiri suami ku.
Aku yag sudah tidak mau mendengar penjelasan dari mereka langsung saja mengusir Lisa dengan nada yang keras.
“pergi kamu Lis... pergi dari sini... dasr kurang ajar”
Lisa pun hanya bisa diam dan dia langsung berdiri dan mengambil tas yang ada di samping suami ku, kemudian lari dan segera pergi meninggalkan rumah ku.
Suami ku kembali mencoba memberi penjelasan akan tetapi aku memang sudah terlanjur patah hati dan aku pun lari menuju kamar meninggalkan suami ku yang terlihat agak takut mengejar ku.
Di dalam kamar aku robek foto aku dan suami ku. Aku benar-benar terpukul dan kecewa akan kelakuan suami ku. Sekarang yang aku pikirkan hanya bagaiman cara memeperbaiki hubungan aku dengan suami ku.
Cukup lama aku di kamar. Tak ada sedikit pun ketukan pintu dari suami ku. Aku pun mencoba untuk keluar kamar untuk melihat keadaan suami ku. Tapi aku tidak melihat batang hidung suami ku, mungkin kini dia sudah pergi bersama Lisa dan sedang bersenang-senang menghabiskan malam berdua.
Tak terasa haripun mulai gelap. Segenap hati ku yang kini kurasakan, aku mencoba melepas lelah dengan mengguyur badan ku di kamar mandi.
Lama sekali aku di kamar mandi, bukan karena aku sedang keramas atau lulurn, tapi karena aku memikirkan yang terjadi hari ini, benar-benar menguras tenaga da pikiran. Kini aku sudah sedikit tenang, mungkin karena pikiran negatif ku sudah dikurangi aura positif setelah aku mandi.aku jalan menuju kamar ku untuk rebahan disana, ku lewati meja makan dan terlihat disana sudah siap makan malam. Tapi aku tidak peduli, ku langsung masuk kek kamar dan menjatuhkan badan ini ke tempat tidur, ku raih bantal kesayangan ku dan ku coba memejamkan mata, berharap esok akan lebih baik.
Saat ku buka mata, aku merasa badan ku serasa pegal dan lelah, seperti biasa ku buka jendela dan ku bangkit dari tidur ku. Ternyata memang tak seindah pagi kemarin, tapi aku sangat berharap hari menjadi hari yang lebih baik walaupun sampai sekarang pun suami ku belum ada di rumah, tapi aku sudah tidak peduli lagi dengan Rudi. Ku coba ambil nafas panjang, menghirup udara segar yang ada diluar jendela. Udara segar ini mmeberi ku sedikit semngat untuk melakukan dan menjalani hari ini.
Aku keluar kamar dan menuju kamar mandi untuk cuci muka berharap air segar membuat wajah ku lebih cerah. Aku takmelihat keberadaan si Tuti, tapi di meja makan sudah tersedia makanan yang harum aromanya, mungkin si Tuti lagi di belakang mengerjakan tugas yang lainnya. Kini aku menyantap sarapan pagi sendiri tanpa ditemani suami ku. Rasanya benar-benar berbeda, tidak sempurna rasanya kalau tidak dilengkapi candaan dan senyuman khas Rudi. Hidup ku benar-benar berubah drastis, masih teringat pagi kemarin saat Rudi berpamitan kepada ku untuk pergi bekerja, dia layangkan kecupan yang sangat hangat di dahi ku, tapi pagi ini dia telah pergi meninggalkan ku bersama Lisa teman kerjanya.
Baru selesai aku sarapan pagi sendirian, tiba-tiba bel berbunyi, aku langsung berpikiran kalau itu Rudi yang ingin meminta maaf kepada ku, hati ku sesaat sungguh senang, aku langsung berlari untuk membuka pintu dan memeluk suami ku tercinta. Tapi betapa kagetnya ketika melihat orang yang di luar dari jendela samping rumah ku, dia bukan Rudi, tapi entah siapa dan dia terlihat edang meletakkan secarik kertas dan mawar putih berpita hijau di belakangnya. Tak salah lagi dia pasti orang yang sama dengan orang yang memberiku kertas dan bunga mawar di pagi kemarin. Lansung dengan cepat ku membuka pintu dan orang itu pun terkaget-kaget sambilmenutupi wajahnya dengan topinya, dan dia langsung berlari seakan takut identitasnya ku ketahui.aku pun langsung mengejar dia. Dia di samping jalan raya depan rumah ku. Aku pun berlari untuk mengejarnya. Aku tidak tahu kenapa dia berlari, padahal aku hanya ingin tahu siapa dia dan tidak akan sedikitpun aku memarahi dia atau mencaci maki dia, tapi mungkin dia takut kalau nantinya aku marah karena perbuatannya.
Aku masih berlari mengejar orang misterius itu, padahal waktu jalan raya sedang sangat ramai dipenuhi lalu lalang kendaraan bermotor. Kekhawatiran ku ternyata terjadi juga. Aku berteriak ketika dari arah berlawanan ada sebuah motor yang tidak samar lagi bagi ku melaju dengan cukup cepat menuju orang misterius itu.orang misterius itu tidak melihat motor yang ada di depannya karena pada saat itu dia sedang menoleh kepada ku.
“ awaaaassssss....!!!!!!!” teriak ku dengan sangat keras dan nyaring.
” braaaaakkkk... braaaaakkkk....braaaaak....”
Hanya suara tabrakan yang menjawab teriakan ku.
Aku berhenti dari lari ku. Suasana   pada saat itu langsung berubah ramai sekali. Orang-orang mengerumuni dua orang yang bercucuran darah dan tergolek tanpa gerakan. Aku mencoba mengambil nafas panjang ketika mengetahui kalau suami ku Rudi dengan motornya menabrak saudara kembarnya Ruslan dan mereka kini tidak berdaya di hadapan ku.
Aku menangis sejadi-jadinya, tidak pedli dengan semua orang, mata ku Cuma tertuju pada dua orang yang mencintaiku kini sudah tidak bernyawa lagi di depan ku, aku pun tidak ingat apa-apa lagi.
Setelah aku tersadar, kini aku tahu aku barada di rumah ku, setelah sempat aku pingsan tadi, kini mata ku hanya tertuju pada secarik kertas dan mawar putih yang entah sejak kapan ada di sofa temapt aku berbaring kini.
Aku bangkit dan mencoba duduk, kemudian aku mulai membaca tulisan yang ada di kertas itu.

Dalam malam saat itu
Kau cantik dengan senyuman anggun
Gaun putih yang menghiasi tubuhmu
Seakan bersinar membuat mata terpanah
Tapi di samping mu ada yang sedarah dengan ku
Ingin sekali aku menggantikan dia
Bersanding selamanya denganmu

Aku menangis membaca tulisan itu. Ternyata Ruslan yang memang saudara kembar dari Rudi yang kemarin memberiku kertas dan mawar itu. Ruslan memang aku tahu dia ada rasa dengan ku, semenjak aku berpacaran dengan Rudi, dia selalu perhatian terhadapku.
Tapi kin semua sudah berakhir, Rudi dan Ruslan kini mungkin sudah bersama-sama menuju pintu surga. Aku hanya bisa menangis dan berharap separuh umur ku bisa ditukar dengan Rudi dan Ruslan. Kini dua mawar putih itu aku simpan dan aku jaga. Aku berharap dua mawar putih ini bisa menggantikan keberadaan Rudi dan Ruslan.

Oleh FIKRI NUR CAHYA

Categories:

Leave a Reply