Tegal
Dalam Masalah dan Potensi
Indek Pembangunan Manusia atau sering disebut IPM menjadi indikator
kebersilan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun nasional.
IPM ditentukan oleh tiga sektor yang mendasar yaitu kesehatan yang diukur
dengan angka harapan hidup, Pendidikan yang diukur berdasarkan kombinasi antara
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, Standar layak hidup yang dilihat dari dari daya beli masyarakat.
Kabupaten Tegal merupakan kabupaten
yang mempunyai IPM yang cukup rendah bila dibandingkan dengan daerah lain di
Propinsi Jawa Tengah. Tercatat pada tahun 2010 kabupaten Tegal menduduki
peringkat ke 29 dari 35 kab/kota di Jawa Tengah dengan IPM sebesar 70,59. Tahun
2006 IPM kabupaten Tegal 67,83, pada tahun 2007 meningkat menjadi 68,83 dan
pada tahun 2008 juga meningkat menjadi 69.54. Bila dilihat dari peringkat IPM
kab/kota di Jawa Tengah, kabupaten Tegal mungkin masih dikalangan terbawah,
namun bila dilihat dari perkembangan IPM dari tahun ke tahun, kabupaten Tegal
memiliki IPM yang selalu mengalami peningkatan.
Pembangunan manusia di kabupaten Tegal berjalan cukup baik walaupun hanya
meningkat sedikit tiap tahunya. Angka harapan hidup Kabupaten Tegal pada tahun
2004 66.95, tahun 2005 67.55, tahun 2006 67.65, tahun 2007 67.95,
tahun 2008 68.19, tahun 2010 68.79.
Statistik tersebut menunjukkan bahwa pembangunan dibidang kesehatan cukup
berhasil. Sektor Pendidikan pun kian tahun mengalami pertumbuhan yang membaik.
Hal ini bisa dilihat dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf yang tiap tahunya mengalami peningkatan yaitu
rata-rata lama sekolah pada tahun 2004
6.0, pada tahun 2005 6.25, pada tahun 2006 6.25, pada tahun 2007 6.45 dan pada
tahun 2010 6.56. Angka melek huruf di kabupaten Tegal juga mengalami kenaikan
tiap tahunya, yaitu pada tahun 2004 82.36,
tahun 2005 82.8, pada tahun 2006 83.4, tahun 2007 88.5, tahun 2008 89.09 dan
pada tahun 2010 89.26 %. Pada tahun 2010 daya beli kabupaten Tegal mencapai Rp
639.950 sedikit meningkat bila dibandingkan pada tahun 2008 yang mencapai Rp
634.420.
IPM yang selalu
meningkat setiap tahunnya belum tentu menjamin suatu daerah dikatakan berhasil
dalam pembangunannya, karena diperlukan perbandingan dengan daerah lainnya
untuk mengukur keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Kabupaten Tegal memang
selalu mengalami peningkatan IPM tiap tahunnya, namun bila melirik daerah
lainnya di Jawa Tengah rasanya Kabupaten Tegal masih tertinggal jauh dari
daerah lainnya. Hal ini terbukti dengan peringkat IPM kabupaten Tegal yang
hanya meenempati peringkat ke 29.
Tentunya ada masalah
yang mengakibatkan tertinggalnya pembangunan di kabupaten Tegal antara lain :
Kesehatan
segi kesehatan seperti yang dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal
melalui Kepala Bidang PKPL ( Promosi, Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan) A
Thosim “masalah utama kesehatan di Kabupaten Tegal antara lain masih tingginya
angka kematian ibu dan bayi. Masih adanya kasus gizi buruk, tingginya penyakit
menular seperti demam berdarah, tuberkolosis paru dan HIV AIDS. Meningkatnya
penyakit tidak menular, munculnya penyakit baru seperti SARS dan flu burung,
KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit serta
keracunan masih sering terjadi”.
Masalah dibidang kesehatan ini
harus segera ditangani secara khusus agar tidak menjadi masalah yang semakin
besar. Salah satu solusi dari permasalahan kesehatan di kabupaten Tegal yaitu dengan memeratakan akses layanan
jamkesmas atau jaminan kesehatan masyarakat yang selama ini sudah dilakukan
namun belum maksimal. Adapun akses Puskesmas gratis juga sudah dicanangkan oleh
pemerintahan daerah. Sebenarnya
pemerintah kabupaten Tegal sudah bertindak benar dengan yidak memungut
biaya pemeriksaan kesehatan disemua Puskesmas
dan menyediakan jamkesmas bagi keluarga kurang mampu namun Puskesmas gratis dan
jamkesmas ini masih belum baik dalam pelayananya. Seakan-akan masyarakat yang
berobat gratis di Puskesmas atau berobat dengan menggunakan jamkesmas diperlakukan
tidak sama dengan pasien yang tidak menggunakan akses puskesmas gratis maupun
yang tidak memakai jamkesmas. Masyarakat yang berobat gratis di Puskesmas atau
berobat dengan menggunakan jamkesmas kurang mendapat perhatian dari para dokter
maupun perawat sehingga akhirnya masyarakat enggan menggunakan akses kesehatan
tersebut. sudah selayaknya pemerintah daerah segera membenahi pelayanan pada
akses kesehatan ini.
Untuk mendukung peningkatan
taraf kesehatan di kabupaten Tegal selain meningkatkan layanan kesehatan di puskesmas
atau rumah sakit, pemerataan Posiyandu juga perlu diperhatikan khususnya di
daerah yang sulit terjangkau. Posiyandu ini digunakan untuk menjaga imun atau
daya tahan Balita agar tidak mudah terserang virus atau penyakit dan diharapkan
bisa menekan angka kematian bayi. Posiyandu juga diperuntukkan pada ibu hamil dan
menyusui agar tetap menjaga kehamilanya dan bisa melewati proses kelahiran
dengan baik serta memberikan ASI
intensif bagi baayinya.
Untuk mendukung peningkatan
taraf kesehatan di kabupaten tegal, perlu juga diadakan perlombaan yang terkait
dengan kesehatan seperti bayi sehat ataupun
lomba cerdas cermat kader desa siaga yang
diikuti oleh semua puskesmas. Perlombaan semacam itu akan mendorong masyarakat
maupun puskesmas untuk tetap menjaga kesehatan lingkungan. Bila perlu diadakan
juga perlombaan lansia sehat untuk memberikan dorongan kepada para lansia untuk
tetap menjaga kondisi kesehatanya.
Pendidikan
Bukan hanya dibidang kesehatan
yang menjadi permasalahan kabupaten Tegal, namun bidang Pendidikan pun menjadi
kendala pembangunan manusia di kabupaten Tegal. Hal ini bias dilihat dari
banyaknya siswa SD yang putus sekolah. Berdasarkan data Dinas
Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Tegal, Jumat (18/3/2011), jumlah
siswa lulus SD pada 2010 sekitar 23.436 orang. Dari jumlah tersebut, jumlah
siswa yang melanjutkan ke jenjang SMP sebanyak 24.4 36, terdiri siswa yang
melanjutkan ke SMP sebanyak 17.474 orang, ke MTs sebanyak 5.183, dan ke pondok
pesantren sebanyak 834 orang. Dengan demikian, sekitar 978 siswa, atau sekitar
empat persen siswa tidak melanjutkan jenjang SMP. Ketua Dewan Pendidikan
Kabupaten Tegal, Dimyati, mengatakan, dari hasil pantauan dewan pendidikan
kebanyakan siswa putus sekolah karena faktor ekonomi. Hal itu karena hingga
saat ini masih ada pungutan pendidikan yang mengakibatkan biaya pendidikan
mahal.
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan manusia,
oleh karena itu masalah pendidikan harus ditangani secara khusus dan intensif.
Pelaksanaan BOS harus diawasi dengan serius agar bisa berjalan lancar dan baik tanpa ada
penyelewengan yang mengakibatkan biaya pendidikan menjadi mahal dan berimbas
pada enggannya masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Dasamping pengawasan
pelaksanaan BOS harus dilakukan dengan
serius, pemerintah daerah kabupaten Tegal juga harus bertindak tegas atas
penarikan atau pemungutan yang dilakukan oleh pihak sekolah dasar maupun
menengah.
Selain memperketat pelaksanaan progam-progam pemerintah di Sekolah
formal, sudah seharusnya pemerintah kabupaten Tegal juga memperhatikan progam-progam
disektor pendidikan non formal seperti PAUD, PBH atau pemberantasan buta huruf,
PKBM, Progam kesetaraan dan juga lainnya. Sektor pendidikan non formal ini
memegang peranan penting dalam perkembangan pendidikan karena pendidikan non
formal merupakan penyempurna pendidikan formal. Sebagai penyempurna pendidikan
formal artinya pendidikan pendidikan non formal memberikan pengetahuan maupun ketrampilan
hidup yang tidak bias diperoleh di pendidikan formal.
Pendidikan formal dan non formal memang cukup berpengaruh dalam
perkembangan pendidikan, namun yang tidak bisa dilupakan yaitu Ilmu Teknologi.
Dengan diadakanya pelatihan IT yang intensif di sektor pendidikan formal dan
informal maka akan sangat membantu peserta didik dalam mengikuti perkembangan
zaman.
Ekonomi
Sektor ekonomi juga nampaknya menjadi masalah tersendiri bagi kabupaten
Tegal. Jumlah angkatan kerja tiap
tahunnya mengalami kenaikan akan tetapi jumlah yang berstatus bekerja menurun
dan sebaliknya jumlah pengangguran semakin meningkat. Tercatat jumlah angkatan
kerja pada tahun 2008 sebesar 710.928
jiwa dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 725.461 jiwa, akan tetapi yang berstatus
bekerja menurun dari 638.554 jiwa pada
tahun 2008 menjadi 605.868 jiwa pada
tahun 2009 dan otomatis jumlah penganggurang meningkat dari 72.374 jiwa pada
tahun 2008 menjadi 119.593 pada tahun 2009. Hal ini menunjukan
pertambahan angkatan kerja tidak dibarengi dengan berkembanhnya lapangan
pekerjaan sehingga mengakibatkan pengangguran meningkat. Pengangguran akan
menurunkan pendapatan serta paritas daya beli masyarakat.
Masalah ekonomi memang menjadi
masalah disetiap pembangunan daerah maupun nasional begitu juga di kabupaten
Tegal ini. Sebenarnya kabupaten Tegal mempunyai banyak potensi yang dapat
dikembangkan secara maksimal seperti kondisi wilayah yang bervariasi yaitu
pesisir, dataran rendah serta dataran tinggi. Masing-masing wilayah ini
pastinya mempunyai komoditas ekonomi yang beragam yaitu wisata pantai dan hasil
laut didaerah pesisir, pusat perdagangan dan pusat perkotaan didaerah dataran
rendah serta hasil perkebunan dan wisata alam didaerah dataran tinggi.i
seharusnya ini menjadi modal penting dalam perluasan lapangan pekerjaan
dimasing-masing wilayah yang tentunya perlu dengan dukungan penuh dari
pemerintah daerah.
Selain kondisi wilayah yang strategis, kabupaten Tegal juga mempunyai
potensi yang bisa menjadi peluang bisnis yaitu keunikan budaya Tegal yang sudah
terkenal ditingkat nasional melalui “Warteg” atau warung Tegal. Warteg ini mampu
menjadi penyokong perekonomian daerah karena warteg sendiri sudah sangat
dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya dikawasan DKI Jakarta. Melalui
warteg ini pemerintah kabuaten Tegal bisa mengenalkan budaya Tegal kepada
masyarakat umum. Dengan begitu masyarakat umum akan tertarik dengan budaya
Tegal dan mungkin masyarakat umum akan tertarik untuk mengunjungi daerah Tegal.
Perkembangan warteg harus diperluas. Bukan hanya didaerah DKI Jakarta tapi di
wilayah lain di Jawa seperti Bandung, Jogja dan Surabaya. Tentunya perkembangan
warteg ini memerlukan dukungan penuh dari pemerintah kabupaten Tegal.
Penjelasan diatas mungkin bisa sedikit menjadi referensi Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam pengambilan kebijakan pembangunan manusia dan pembangunan
daerah.
Categories:
Pemberdayaan